Thursday, December 23, 2010

EXACTA 2011 Lomba MIPA SMP se- DIY JATENG

Assalamualaikum wr wb

Ayoo buat siswa siswi SMP di wilayah DIY - Jateng , ikuti EXACTA Lomba MIPA SMP se DIY Jateng ! Lomba akan diselenggarakan pada tanggal 6 Februari 2010 untuk babak penyisihan, dan tanggal 13 Februari 2010 untuk babak semifinal dan final.

Fasilitas yang disediakan juga banyak , dari naskah soal, snack, minuman, sampai lunch juga.
Hadiah Juaranya ngk main main , dari sejumlah uang pembinaan , trophy, piagam, sampai netbook lucu !!

Pendaftaran bisa dimulai dari tanggal 17 Januari 2010 di SMA Negeri 1 Yogyakarta , Jl. HOS Cokroaminoto 10 Yogyakarta.

Untuk info lebih lanjut, bisa melalui CP 02749295838

so, buat teman teman SMP se DIY Jateng, jangan lewatkan kesempatan berhargamu!

EXACTA 2011 !! MAKE YOUR OWN SCIENCE TREE !

Sunday, January 24, 2010

cerpen"harapanku tak pernah usai" diilhami dari kisah nyata seorang gadis remaja

Panas terik siang itu lain dari biasanya.Tapi seperti biasa, aku, Vina, Vanda, Viky, dan Vriesca duduk di tepi lapangan sambil berbincang – bincang. Emang gak nyangka , kelas XI ini kita berlima bisa ditempatkan di kelas yang sama, kelas IX IPA 8, kelas favorit di SMA – ku . Semua pada mbicarain tentang liburan kemarin di Pulau Belitung.
“Sumpah, seru banget!! Rasanya pengen banget ngulangi liburan kayak kemarin” , Sahut Vanda dengan penuh antusias.
Semuapun langsung nyambung dan asyik ngobrol. Tapi pada saat yang sama, mataku tidak bisa mengalihkan pandangan , menuju ke satu orang di tengah lapangan , Vian. Vian adalah cowok berbadan tinggi, berkulit sawo matang, barmata tajam nan indah dan tegas. Entah mengapa tiba – tiba dia sering kuperhatikan akhir – akhir ini . Seorang komandan tonti yang rajin dan disegani banyak anak di sekolah ini.
“Whoi..! malah ngelamun.. “ , teriak Viky yang kebetulan duduk di sebelahku.
“Wo, dasar bocah diajak ngobrol malah ngelamun,” sahut Vanda.
“Enggak, emang kenapa?” jawabku seraya tanpa dosa.
Nggak mungkin banget kalo aku bilang “ itu, lagi merhatiin Vian “ pasti langsung diketawain heboh sama mereka. Ya, secara aku ini siapa sih ? Cuman cewek biasa, bahkan nggak se populer dia, ntar malah dikira aku ini cewek apaan? Ngejar kepopuleran?
“Temen – temen udahan ya, aku mesti pulang sekarang ni, jemput adek ku.” Sambung Vriesca menutup pembicaraan di siang itu.
“Oia Var, besok pagi jangan dateng telat lho, pelajaran pertama gurunya galak!” tutur Vina memperingatkanku.
Ya. nggak salah kalau dia bilang begitu. Emang, aku ini nggak tau kenapa sering banget datang sekolah telat. Setelah itu aku langsung menuju parkiran, mengambil motor lalu pulang. Esoknya, untung aku nggak dateng telat. Tapi seperti biasa, teman – temanku udah pada masuk, tinggal gerombolan anak cowok yang duduk – duduk di sepanjang koridor kelas. Kakiku mulai melangkah maju menuju koridor. Satu per satu anak yang kukenal menyapa. Tidak menyangka pandanganku terhenti pada sepasang sepatu yang sepertinya aku tahu siapa pemiliknya. Langsung kupandang wajah orang yang mengenakan sepatu itu. “Vian?” teriakku dalam hati. Langsung kutundukkan kepalaku dan berlari ke kelas.
Bel istirahat terakhir akhirnya berbunyi. Aku beserta keempat temanku berjalan bersama menuju kantin belakang sekolah. Saat berjalan menuruni tangga, ada seorang anak yang berlari menaiki tangga.
“ Tadi Vian kan? Ngapain dia lari – lari gitu? “ Kata Vina sesaat setelah Vian pergi.
Semuanya hanya mengangguk tak berarti. Padahal kalu aja ada yang nanggapin , mungkin tadi aku udah nyambung. Tapi kenapa semakin aku memperhatiin dia, semakin sering aku ketemu dia tanpa sengaja. Sepercik harapan mulai muncul dalam hatiku untuk mengenalnya lebih jauh sebagaimana teman akrab lainnya, bukan hanya teman satu angkatan yang mungkin hanya mengenal nama.
Hari demi hari berlalu begitu saja tanpa ada perunahan yang berarti. Kegiatan ekskulpun sudah mulai dilaksanakan. Memang, kegiatan ekskul kita berbeda, aku mengikuti ensamble musik sedangkan dia sangat aktif mengikuti tonti. Kegiatan ekskulku selesai lebih cepat, dan sesudah itu aku menyempatkan diri untuk duduk – duduk di tepi lapangan tengah sekolah.
“Var!Var!Varumi!” panggil Vanda dan Vina dibelakangnya.
Ternyata aku nggak sadar meninggalkan mereka di depan ruang musik. Kenapa aku ini? Pergi kesini Cuma untuk duduk santai sampai – sampai meninggalkan dua sahabatku sendirian. Walaupun sebenarnya maksudku datang kesini bukan iseng. Aku tahu kalau siang ini tonti belum selesai. Berarti tidak menutup kemungkinan untuk aku bisa melihatnya.
“ Kamu tuh aneh Var, akhir – akhir ini, ada masalah?”
“ Iya Var, bener kata Vanda, kenapa sih?” tambah Vina dengan kebingungannya.
Aku cuma menggeleng dan berbalik melangkah meninggalkan lapangan. Di samping gerbang sekolah aku melihat Vanisa dan Vany duduk asyik. Vina dan Vanda, mereka pulang duluan dan aku menghampiri Vanisa dan Vany di samping gerbang.
“Belum pulang kalian?” tanyaku membuka pembicaraan.
“Belum ni, tadi tadi kami dan alumni SMPN 80 Riau sedang rapat buat reuni” jawab Vanisa.
Seketika itu aku ingat , kalau tidak salah mereka satu sekolah dengan Vian dulu waktu di SMP. Tentu dong, aku langsungmendekati mereka dan mulai bertanya – tanya tentang, siapa sih dan gimana sih Vian dulu ? Mungkin aja mereka tahu.
“Oia, aku mau tanya, Vian itu bener dulu satu sekolah sama kalian?”
“Ha..ha..iya Var, emangnya kenapa?” jawab Vanisa.
Aku canggung banget bilang ke mereka. Tapi aduh... aku gak sabar banget pengen tau tentang si Vian. Ya mungkin dari mereka aku bisa minta phone numbernya kek atau apalah.
“Gini, aku mau bilang sesuatu ni, tentang si Vian, aduh, tapi gimana ya bilang ke kalian..”
“Nyantai aja Varumi, emang gimana?” jawab Vany.
“Nggak tau kenapa, akhir akhir ini aku tu sering banget merhatiin Vian, jadi ada perasaan gimana gitu, dan aku tahu kalian ini temannya, mungkin tau sesuatu tentang Vian”
Lega banget aku habis ngomong gitu, rasanya ngurangi beban pikiranku banget.
“Varumi? Kamu?” Teriak Vanisa dan Vany serentak.
“Sebenarnya nggak ngerti juga , tapi kayaknya aku emang suka ama dia. Tapi aku masih malu juga ni, bahkan sahabat ku yang lain aja belum ada yang tau, sebenarnya Vian tu gimana si?”
“O, gitu, ya nggak salah juga Var kamu suka, apalagi Vian kan juga masih single sekarang” jawab Vanisa.
“Iya Var, Vian anaknya baik kok, enak diajak temenan, dulu aku kan juga deket ama Vian” tambah Vany.
Pembicaraan kami dimulai dari situ. Beribu – ribu pertanyaan kutanyakan pada mereka, dan Asyiknya, mereka jawab pertanyaanku dengan sabar. Dari pertanyaan yang “bermutu” sampai pertanyaan yang bener – bener nggak penting. Aku suka banget punya temen sekelas yang baik kayak mereka. Setelah itu aku jadi tahusiapa dia, phone number-nya berapa, ulang tahunnya kapan, kebiasaannya apa, alamatnya di mana, dia anak ke berapa, sampai siapa nama ayahnya. Sesampainya di rumah, langsung kuambil cellphone ku dan segera menyimpan nomornya dan juga nggak lupa nyatet hal – hal penting tentang dia.
Di sekolah, aku nggak bisa konsen pelajaran. Entah mengapa pikiranku melayang – layang. Sampai – sampai aku nggak sadar kalau Viky merhatiin aku. Aduh gawat, pasti dia mulai nanya- nanya gitu. Sebenarnya nggak Cuma Viky yang curiga, temen – temen yang lain pasti mikir hal yang sama. Ternyata bener, mereka curiga kayaknya ada sesuatu yang disembunyiin. Sebenarnya aku nggak enak juga, dan akhirnya kuceritain juga semuanya dari awal. Ternyata... bener dugaanku, mereka heboh. Apalagi Verika yang kebetulan juga ndengerin waktu aku cerita. Oia, Verika, dia ini juga deket sama Vian.
Rasa legaku berkurang lagi setelah cerita ke mereka. Aku juga bilang kalau aku udah punya phone numbernya.
“Wah, kesempatan bagus Var, kamu sms duluan aja” saran si Vriesca.
Aduh gimana ya, masa aku yang sms duluan? Tapi setelah kupikir – pikir nggak ada salahnya juga aku yang sms duluan. Sampai di rumah, langsung kususun kata – kata buat nyapa dia. satu sms telah terkirim. Rasanya seneng, plus deg degan berat. Beberapa menit kemudian ada balasan dari dia, dan jawabannya positif. Satu-dua sms kukirim lagi. Tapi setelah itu aku nggak pernah ngelanjudin lagi. Enggak tahu kenapa aku juga bingung. Oia, Vian dia juga sering memimpin upacara bendera. Saat mendengar suaranya memimpin seluruh peserta upacara di sekolah dengan suara dia yang lantang, semua itu membuat hatiku berdebar nggak karuan.
Beberapa bulan berlalu gitu aja, tanpa ada perubahan yang signifikan. Disuatu siang sepulang sekolah, ada Verika di dekat gerbang, dia nyamperin aku gitu.
“Hey Var, gimana ni perkembanganmu sama Vian? Kalian udah semakin deket?”
“Gak ada perubahan ni Ka, emang kamu ada saran?”
“Di sms lagi aja , coba kamu bilang, hai say agi apa?, aku sering nyapa gitu ke dia, coba aja!”
Yang bener aja, gimana tanggapan dia kalau aku sms gitu. Oke, Verika kan emang bertemen akrab ama Vian. Setelah itu aku maen ke rumah Vina, terus aku ceritain ide gilanya si Verika. Dia Cuma ketawa gitu, e... gak taunya Vina sms ke Vian pake nomerku yang isinya ide gilanya si Verika tadi. Langsung aku panik banget. Oke nggak papa kalau dia nanggepinnya santai, tapi kalau sebaliknya? Ternyata bener, dia nanggepinnya ketus banget.
“Maksudmu tu apae sms gak jelas kayak tadi !!!”
Perasaanku kacau balau nggak karuan. Segera aku bales smsnya, minta maaf ama dia kalau aku gak sengaja Cuma bercanda bla..bla..bla... Kemudian dia bales,
“Kamu Varumi kelas XI IPA 8 kan? Maksudmu sms kayak gitu apa? Hah?”
Hatiku rasanya mau copot, kepalaku mau putus. Habis sudah harapanku. Image jelek udah dia cap ke aku. Aduh gimana besok kalau aku ketemu dia? Paginya aku sekolah seperti biasa , aku berpapasan dengan dia, dan beberapa kali aku berpapasan sama dia lagi, tapi pandangannya tu beda, kayaknya dia udah ilfil sama aku. Tapi aku berusaha tenang dan berfikir positif. Kejadian itu udah bikin aku down banget. Perasaanku ke dia jadi agak aneh lagi, tapi tetep aku sayang dia.
“Udah Var, sabar aja ya” kata Vanda yang selalu menyemangatiku.
“Iya Nda, makasi ya..”
Waktu itu aku dan vanda ketemu Verika dan Vivid di kantin. aku cerita masalahku kemarin, gara – gara ide gilanya.
“Wkwkwk...aku tu nggak nyangka kamu sms beneran, tak kirain kamu nggak berani, ya maaf deh”
“Lho emangnya kenapa Rik?” tanya Vivid di sela pembicaraanku.
Verika cerita ke Vivid gimana perasaanku. Tapi tanggapan Vivid beda seperti yang lain. Mungkin karena dia tau sesuatu tentang Vian. Ternyata dugaanku benar. Dia tau suatu hal tentang Vian.
“Var, setauku Vian tu udah punya gebetan deh, si Venda, malah gosipnya Vian udah nembak Venda” jelas Vivid sedikit kecewa.
Jantungku rasanya berhenti berdetak. Hatiku kacau balau berantakan. Ternyata Vian yang selama ini kuharapkan udah menaruh hati pada cewek lain, Venda?
Venda, teman sekelas Vian XI IPA 2.Dulu waktu kelas X aku sempat dekat dengan dia karena kita mengikuti ekskul yang sama.Venda itu anaknya putih, cantik, berambut hitam bergelombang, manis sekali dan dia sangat pintar. Jelas jauh banget jika aku dibandingkan dengan Venda. Dan satu hal yang membuat aku kalah jauh dengannya, Vian suka sama Venda. Satu kalimat itu sadah membuat aku patah hati. Tapi awalnya aku masih mengira itu hanya gossip. Tapi setelah itu banyak gossip sama bermunculan. Dan setelah itu aku baru yakin itu bukan gossip lagi. Keyakinan itu juga semakin kuat saat aku melihat Vian menggandeng tangan Venda dengan sangat mesra. Dan kejadian itu sangat menyakitkan apalagi itu terjadi tepat didepanku, di depan mataku.
Sakiiittt rasanya melihat mereka berdua. Patah hatiku melihatnya. Sejak saat itu aku hanya bisa meratapi nasibku dengan menyaksikan kebahagiaan mereka berdua. Aku sudah tidak berharap apapun lagi, apalagi mereka begitu senang.
“Sabar ya Var, jangan sedih gitu dong!
“Betul kata Viky, gak usah frustasi gitu,”
“Iya Vik, Vries, tapi Vian itu beda..”
Vian emang satu – satunya cowok yang aku suka yang lain dari pada yang lain. Aku ngerasa ada yang beda dari dirinya yang sangat menarik yang membuat aku ada feel ma Vian.
“Iya aku akuin Vian itu emang lain dari yang lain, tapi mungkin dia bukan atau mungkin belum jodohmu sekarang” Vanda dengan penuh bijaksana.
“Vanda betul tuh, cowok kan masih banyak, apa mau kukenalin dengan sepupuku , Vahmi? Dia masih single loh..”
“ha..ha..Vina ni ada – ada aja..”
Aku baru sadar, terlalu sering aku mikirin Vian, Vian, dan Vian sampai- sampai aku nglupain sahabat – sahabat ku yang jelas – jelas selalu ada buat aku. Malahan ngertiin gimana perasaanku. Yah, mulai sekarang aku mencoba buat melupakan dia. Tapi sebenarnya enggak nglupain total, kenangan kayak gitu gak bisa dilupain, tapi aku mencoba buat netralin persaanku.
Beberapa bulan telah berlalu setelah kejadian itu. Masih ada sih rasa sakit hati, tapi berangsur – angsur menghilang. Aku dan teman – temanku sudah kelas XII SMA. Kami sudah mulai sibuk menyiapkan ujian besok. Aku juga mengikuti bimbingan belajar.Dan di sana ada seorang cowok, anaknya keren, putih, baik, manis juga. Namanya Ade. Kelihatannya prospek hidupnya bagus. Sepertinya aku mulai berharap lagi.

***

Wednesday, January 13, 2010

im new !! :D

hallo..
aku barusan buat blog., hoho

emang sedikit ketinggalan jaman si, tapi gapapa dari pada gak punya.

jadi mohon bantuannya ya :p